Sabtu, 02 Mei 2020

Apakah Orang Tuaku Toxic Parent?

Hai. 

Ini adalah kali pertama saya menulis dalam blog, walaupun ini bukan akun pertama saya sih^^. Mungkin segini saja dulu intronya karena saya ingin sharing bersama kawan-kawan. Bahkan mungkin kawan-kawan sedang atau pernah mengalami hal ini, mari kita diskusikan bersama.

Keluarga merupakan salah satu hal terindah yang dimiliki oleh tiap orang. Keluarga menjadi institusi pertama yang mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada seorang anak yang baru saja mengenal dunia. Seorang anak akan tumbuh menjadi anak yang baik-baik bila orang tua selalu mengajarkan perihal kebaikan. Namun, ada pula beberapa anak yang tumbuh menjadi rebel dan sulit diatur. Hal tersebut dikarenakan beragam macam persoalan, yakni faktor lingkungan dari luar dan/atau faktor lingkungan dari dalam. Faktor lingkungan dari dalam yang menjadikan si anak rebel dan tidak dapat diatur disebabkan oleh adanya Toxic Parent. Toxic Parent mungkin menjadi alasan terbesar seorang anak menjadi rebel.

Saya pernah mengenal seseorang yang tumbuh dengan Toxic Parent selama hampir 22 tahun. Bahkan sejak kecil pun teman saya ini dituntut untuk menjadi sosok yang pandai secara akademis (saja). Nilai-nilainya semasa sekolah sangat memuaskan. Ia pun tak jarang menjadi juara kelas selama di sekolah. Namun, setelah mengetahui kelamnya kehidupan yang dijalaninya, saya pun menjadi iba dan merasa kecil sekali saat ia bercerita terkait hubungannya bersama orangtuanya.

Hari itu ada seorang teman perempuan saya datang kepada saya, teman dekat saya. Awalnya kami hanya bergurau dan bercanda di bangku-bangku halaman kampus yang cukup ramai. Hari itu sudah cukup sore dan kami pun memutuskan untuk singgah beberapa waktu karena ingin menikmati suasana kampus yang sudah mulai sepi. Pembicaraan yang kami lakukan memang benar-benar tidak terarah hingga sampai pada pembahasan mengenai Toxic Parent. Awalnya kita membahas apa itu Toxic Parent, tiba-tiba teman saya berkata. "Begitu ya Toxic Parent? Mungkin orang tuaku juga" . Saya yang bersemangat bercerita mengenai Toxic Parent pun menjadi terdiam dan ingin tahu mengapa teman saya berkata demikian.

"Aku seringkali mengalami hal itu. Orangtuaku aneh. Mereka selalu membandingkan aku dengan kakak-kakakku. Orang-orang selalu berpikir bahwa hidupku sangat menyenangkan karena aku adalah anak terakhir, namun hal itu tidak pernah terjadi. Bahkan apa yang kulakukan akan selalu menjadi sebuah kesalahan. Orangtuaku selalu bercerita ingin punya anak seperti ini dan itu. Bahkan aku bingung sekali dengan mereka, bagaimana tidak, tuntutanku sangat banyak sekali, belajar dan belajar, tapi saya juga dituntut untuk membantunya mengerjakan pekerjaan rumah sekaligus. Aku pun jarang sekali untuk hangout bersama teman-teman. Mereka selalu melarangku untuk keluar rumah dengan alasan itu akan menghabiskan uang. Aku pun sangat kesulitan mendapatkan teman di tiap hidupku. Teman yang kumiliki tidak pernah bertahan lama karena mungkin aku sangat sulit untuk diajak pergi bersama. Orang tuaku ini sangat materialistis selalu menuntutku mendapatkan cowok yang kaya agar hidupku bisa sejahtera nantinya. Ah, pada intinya mereka selalu merasa kekurangan sehingga aku pun jadi ingin cepat-cepat lulus dan pergi dari rumah untuk selama-lamanya".

Saya pun tercengang. Banyak sekali hal yang ada di dunia ini yang sangat jarang terkspose, salah satunya adalah Toxic Parent. Lalu apa ciri-ciri dari Toxic Parent?


  1. Selalu Menyalahkan Anak
  2. Selalu Membandingkan Anak
  3. Selalu Menuntut Pada Anak
  4. Selalu Melarang Anak
  5. Selalu Melakukan Kekerasan Baik Verbal Maupun Non Verbal
  6. Selalu Tidak Percaya Pada Anak
  7. Selalu Memberikan Pengaturan Yang Rumit
Mungkin sebagian dari orang tua di Indonesia kurang menyadari bahwa apa yang kita telah lakukan, ajarkan bahkan tekankan pada anak merupakan kontrol diri yang tidak bermakna positif. Hal yang sering diacuhkan oleh orang tua di Indonesia adalah memberikan ruang yang cukup bagi anak untuk mengeksplor dirinya diiringi pengawasan yang normal serta dukungan mental bagi anak untuk melakukan hal-hal positif lainnya. Selain itu, sangat sulit sekali orang tua dapat berperan menjadi seorang teman bagi anaknya, menghargai kerja kerasnya, pemikirannya, bahkan keputusan yang dibuat oleh sang anak tapi banyak orang tua yang memilih untuk egois. Mungkin ini bukanlah persoalan yang mudah diterima oleh beberapa orangtua di Indonesia. Namun, setidaknya hukum dibuat tidak untuk kalangan tertentu, hukum dibuat untuk banyak orang. Cintai orang terdekatmu selama masih berada bersamamu. Konsekuensi yang akan diterima mungkin tidak dalam waktu yang dekat, mungkin dalam beberapa waktu kedepan. Jangan buat diri sendiri menyesal karena kehilangan seseorang yang tidak cinta lagi. Tanamkan kasih sayang pada keluarga, sehingga kehidupan akan berjalan lebih mudah bila dapat berdamai dengan anak.

Jadi apakah kawan-kawan pernah mengalami sebagai korban atau bahkan menjadi Toxic Parent? Saya harap tidak. Jika iya, mari berdiskusi untuk problem solving atau sekedar bercerita. Terimakasih.

Sebarkan Cinta dan Kasih Sayang.



Jika ada waktu saya akan membahas terkait bullying... seeya